Friday, June 10, 2011

pemberian makan obat oral


BAB I
PENDAHULUAN

Dewasa ini dengan semua kecanggihan tekhnologi yang ada memungkinkan seseorang dapat melakukan sesuatunya dengan cepat secara modern dan instan, begitu juga dalam hal keperawatan, seperti dalam hal Membantu klien dalam pemberian makan. didalam memberi makan Perawat jaga harus memperbolehkan klien untuk menunjulkan perintah tentang makanan pilihan klien yang ingin  dimakan, dan percakapan dengan topic selain makanan harus menjadi bagian integral dalam proses. Perawat yang mempunyai tugas untuk member makan pada beberapa klien harus mendelegasikan tanggung jawab pemberian makan ke orang lain sehingga semua klien dapat diberi makan tepat waktu, dan terencana dengan baik
Karena itu semua mutlak memerlukan yang namanya pengetahuan baik hard skil maupu soft skil yang memadai, sebagai tenaga kesehatan kitaharus memperhatikan aspek-aspek tersebut diatas.
Sehingga didalam menuju ke askep akan lebih terperinci nantinya dan dapat meningkatkan drajat kesehatan pasien itu sendiri.






BAB II
PEMBAHASAN

1.Pemberian Makan Oral
Membantu klien dalam pemberian makan. Diberi makan menghilangkan kebebasan klien dalam memperoleh asupan makanan sama seperti toddler. Diberi makan merupakan pengalamaan yang tidak menyenangkan. Perawat dapat meningkatkan pemberian makan klien dengan perlindungan martabat klien dan secara aktif melibatkan klien dalam proses.
Material apapun yang di gunakan untuk melindungi pakaian harus serbet bukan kain untuk anak – anak. Perawat harus membiarkan klien untuk mengosongkan mulitnya setelah setiap sendokan, berusaha menyelaraskan kecepatanpemberian makan dengan kesiapan mereka dan sering kali menanyakan perawat apakah telalu cepat atao lambat.
Perawat jaga harus memperbolehkan klien untuk menunjulkan perintah tentang makanan pilihan klien yang ingin  dimakan, dan percakapan dengan topic selain makanan harus menjadi bagian integral dalam proses. Perawat yang mempunyai tugas untuk member makan pada beberapa klien harus mendelegasikan tanggung jawab pemberian makan ke orang lain sehingga semua klien dapat diberi makan tepat waktu, dan terencana dengan baik.  
A.    Nutrisi Enteral Dan Infus
Nutrisi enteral ( enteral nutrition, EN ) adalah pada nutrisi yang d berikan melalui saluran gastrointestinal. Hal ini termasuk makanan keseluruan, campuran semua makan, suplemen oral, dan formula slang pemberian makan. Nurisi enteral adalah metode yang d pilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jika saluran gastro intestinal klien berfungsi dengan menyediakan dukungan persikologi, keamanan dan nutrisi yang ekonomis. Pada klien yang mengalami kesulitan makan, makak dapat di berikan nutrisi enteral dengan selang nasogstrip, jejunum, atau lambung. Nutrisi enterak dan infuse dengan mudah d berikan dakam lingkungan perawatan rumah oleh perawat ato keluarga.
Efek yang menguntungkan dari pemberian makan enteral bila di bandingkan dengan nutrisi parenteral, yang mengandung zat gizi pdada mukosa gastrointestinal. Pemberian makan dengan rutu enteral dapat mengurangi sepsis, menumpulkan respons hiper meta bolik pada trauma, da memelihara struktur dan fungsi intestinsal. ( mainous, block, dan dietch, 1994 )
EN telah di gunakan dengn berhasil selama 24 hingga 48 jam setelah oprasi atau trauma untuk menyediakan cairan, elektrolit dan nutrisi. Forlula EN beragam dalam komposisi dan kepadatan nutrisi. Formula standar yang cocok untuk klien yang tidak memiliki gangguan digesti atao absorpsi, dan formula elemen dan peptida di gunakan bagi klien yang memiliki kerusakan digesti atau absorpsi, dan formula penyakit khusus memiliki modifikasi dalam kandungan nutrient yang spesifik atao kpedatan kalori. Semua formula pemberian makan melelui slang adalah beps lakosa. Produk enteral yang khusus cenderung lebih mahal dan umumnya penggunaan itu untuk indikasi khusus.
Penelitian keperawatan telah menginvestigasi masalah yang dikaitkan dengan penempatan slang makan. Tipe pemberian makan yang di tanamkan, kevepatan pemberian makan dan komplikasi yang berhubungan dengan slang makan.
B.     NUTRISI PERENTERAL (NP)
NP adalah bentuk dukungan nutrisiyang khusus yaitu pemberian nutrien melalui rute intervena. Walaupun NP dapat mencegah malnutrisi secara evektif pada klien yang tidak dapat diberikan mkanan melalui makanan enternal, NP dapat menyebabkan komplikasi dan membutuhkan kemampuan manajemen kprawatan yang trampil. Menejemen kateter vene sentral mencegah atau menangani komplikasi metabolik. Nutrisi parenteral diberikan  dalam lingkungan yang bervariasi, termasuk di rumah klien. Tanpa memperhatikan lingkungan, perawat mengikuti prinsip asepsis yang sama dan manajemen pemompaan untuk memastikan keamanan dan dukungan nutrisi yang tepat.
Larutan NP yang mengandung lebih banyak dari 10 % dectrosa adalah hipertonik dan harus di infus   melewati vena pusat untuk mencegah trombosit. Larutanya di sesuaikan dengan kebutuhan nutrisi yng spesifik dan larutan yang khas meliputi dektosa 12 % hingga 25 % asam amino, 3 % hingga 6 % dan memiliki tambahan emosi lemak.larutan yang mengandung dektrosa, asam amino dan lipid disebut campuran atau campuran nutrien total 3 – dalam – 1.
Larutan yang mengnandung dektrosa 10 % atao kurang dapat di berikan melalui vena perifer dengan kombinasi asam amino dan lemak. Klien yang mengalami kekurangan gizi berat, berisiko untuk gangguan elektolit dari “ sindrom refeeding ” senagai caton untuk berpindah intraselular selama NP ( jolly dan blank, 1994 )
Emolsilipid memberikan suplemen kalori dan mencegah difisiensi asmlemak esensial. Campuran jangan di gunakan jika terlihat tetesan minyak atau jika terlihat lapisan berminyak atao berwarna krem pada permukaan campuran.
Rekomendasi laju kecepatan awl pompa untuk emulsi lipid adalah 1 ml permenit untuk 30 menit pertama.
Reksi samping pada emolsi lipid meliputi dispnea, sianosis, alergi, mual, muntah – muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, tekanan d atas mata dan pusing. Munculnya dari gejala tersebut menandakan perlu menghentikan infuse dan melaporkan kedokter dengan segera. Jika klkien memiliki toleransi terhadap emulsi lemak, laju dapet di tingkatkan bertahap seperti pesan dokter.
Memulai NP dengan konsentreasi dektosa memerlukan sebuah kateter vena pusat yang di tempatka n pada aliran vena pusat seperti vena kava superior.
Perawat bukan tang memasukan pemasangan katetar pusat melalui jalan sublavia atao jugular, tetapi membantu dalam prosedur. Pemasukan kateter vena sentral merupakan presedur steril dan membutuhkan orang di samping tempat tidur selama pemasangan, menggunakan masker dan baju operasi.
Ketika membantu pemasangan kateter vena sentral, perawat menjelaskan prosedur pda klien dan meminta surat persetujuan. Klien di ajarkan untuk melakukan manufer valsava, berusaha keras menetapkan mlut tertutup dan menahan nafas.
Dokter memasang tempat “ fungsi vena ” dengan alasan yang steril dan membersihkan tempat tersebut dengan betadine di ikuti dengan alkohol. Lidokain disuntikan untuk mati rasa lokal dan juga pemberian obat penenang dengan dosis ringan. Dokter melakukan “ pungsi pena ” dan memperoleh darah balik tanpa denyat. Kawat pemandu di tenmpatkan melalui jarum tersebut, yang kemudian di kepaskan. Setiap kali dokter membiaskan jarum atain kateter terbuka udara, perawat mengintruksikan  pada klien untuk melakukan maneuver valsalva.
Setelah penempatan kateter pompa intra vena terhubung dengan pusat kateter atao kateter di bilas larutan garam atau heparin sampai posisi yang tepat di konvirmasi oleh radiograf. Dokter menjahit kateter pada tempatnya dan membungkus tempat tersebut dengan balutam steril. Rontgen dada mengidentifikasi setiap komplikasi seperti posisi kateter yang salah, pneumotoraks atau komplikasi yang lain.
Perawat mengobservasi kloien dengan cermat setelah pemasngan kateter vena sentral pada tanda gawat napas, yang mengindikasikan pneumotoraks dan perdarahan  sekitar tempat pemasangan.
Kateter hanya di gunakan untuk nutrisi parenteral jika terdapat lumen tunggal karna penggunaan yang multipel akan meningkatkan resiko kontaminasi bakteri. Multipel lumen kateter vena sentral mampummengompakan medikasi dan pompa lain yang melalui lumen apapun yang tidak di gunakan untuk NP, akan tetapi, semua lumen kateter vena sentral memerlukan perhatian yang sangat teliti terhadap asepsis.
Memulai penginfusan sebelum memulai infuse, perawat membandingkan perintah dokter dengan larutan yang disiapkan apotik dan memeriksa larutan untuk bahan tertentu atao perubahan pada emulsi lipid. NP dilakukan dengan menggunakan pompa infus.
Rata – rata aliran infuse klien pda awalnya menerima larutan NP pada laju kecepatan sedang seperti 40 - 60 ml perjam. Laju kecepatan tersebut sacara bertahap mening meningkat setiap[ hari sampai mencapai sasaran kalori dan angka yang di inginkan.
Pencegahan komplikasi NP termasuk komlikasi yang berhubungan dengan mesin dari pemasangan kateter vena sentral, komplikasi yang infeksius karna kberadaan kateter, dan komplikasi metabolik yang berhubungan dengan laritan NP ujung distal kateer harus berlokasi pada vena kava seperor proksimal pada atrium kanan. Pneumotoraks sering kali disertai dengang tanda – tanda seperti sakit dada, dispnea, dan batuk’, kecepatan serangan dan tingkat dari gejalka tergantung dari keparahan. Pneumotoraks juga dapat tertunda.embalus udara dapat terjadi selama pemasukan kateter atao penggantian slang. Embolus udara dapat di cegah dengan meminta klien untuk melakukan maneuver valsalva ketika kateter vena sentral terbuka ke udara dan meletakan klien pada posisi terndelenburg untuk pemasanagan.
Hiperglikenia merupakan komlikasi metabolic yang sering kali terjadi selama pemberian NP dan hal tersebut terjadi ketika produksi endogen ensiolen tubuh tidak cukup mengatur dektrosa melebihi kemampuan tubuh untuk mengoksidasi substrat tersebut. Factor – factor resiko hiper glekonia mencakup stress psikologi, penambahan usia, kelebihan atao terlalu cepat pemberian dektrosa dan penyakit pada ginjal, hati dan pancreas. Hiperglikennia menyebabkan poliuria, polidipsia, lemah dan lesu. Memeriksa kadar glukosa pada kapilar darah atau urin untuk glukosuria dapat mengidentifikasi hiperglokenia. Klien yang hiperglikenia dapat di berikan suntiakan insukin lewat subkutan atau penambahan insulin yang biasa pada larutan NP.
Hipoglikenia juga tarjadi apabila NP d hentikan dengan tiba – tiba. Konsentrasi tinggi glukosa pada larutan NP menstimulus pancreas untukl mengeluarkan lebih banyak insulin. Tanda – tanda hipoglikemia meliputi sakit kepala, berkeringat, kulit terasa dingn dan lembab, gugup atau gelisah , pusing, takikardia dan gatal pada tangan dan kaki, dan daerah sirkumoral.
















2. PEMBERIAN OBAT ORAL
            Obat oral adalah obat yang paling aman dan paling mudah di berikan, kecuali jika klien menderita gangguan fungsi cerna atau tidak mampu menelan. Kbanyakan tablet dan kapsul harus diberikan bersama caiaran dalam jimlah yang adekuat. Hal ini memberi perawat kesempatan untuk meningkatkan asupan cairan klien. Untuk klien yang terpasang slang nasogastrik obat – obatan cair lebih di pilih. Namun, pada pemberian beberapa tablet dapat di hancurkan dan kapsul dibuka untuk di campur dalam ralutan.saat memberikan obat per oral, perawat harus melindungi klien dari kemungkinan aspirasi.memberi posisi duduk pada klien atao bebrbaring muring akan mencegah akumulasi obat cair atao padat di belakang tenggoirok. Klien yang menelan dengan lambat sebaiknya tidak dipaksa untuk minum banyak cairan setiap kali menelan. Apabila klien mulai batuk ketika minum obat, perawat harus menunda pemberian sisa obat sampai klien dapat bernafas dengan mudah. Apabila kliem sulit menelan tablet, bentuk obat lain dapat di pertimbnagkan,misalnya, supositoria. Setelah obat diberikan, jika klien d anjurkan mencatat asupannya, catat jumlah cairanyang di gunakan untuk memberikan obat.

Membrikan injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggumakan teknik steril. Perawat member obat secara parenteral melalui rute SC, IM, ID, IV. Setiap tope injeksi membutuhkan kererampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencaai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan sevara perenteral dapat berkembang dengan cepat, berganmtung poada kecepatan absorpsi obat. Poerawat mengobserfasi respons klien dengan ketat.


BAB III
PENUTUP

Didalam hal tersebut diatas kita sebagai tenaga kesehatan  harus selalu meningkatkan pengetahuan seperti halnya dalam pemberian makan dan pemberian obat oral dalam hal ini memerlukan hard skil dan soft skil yang mumpuni, guna mencapai tujuan askep yang cepat dan tepat yang berguna untuk meningkatkan drajat kesehatan manusia.
Oleh karena itu perawat harus dapat meningkatkan pengetahuan dalam hal apapun baik iptek ilmu social didalam menjadi tenaga kesehatan, yang hidup dengan orang banyak, sehingga nantinya perawat itu mampu untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan mampu menjadi panutan menuju masyarakat yang sehat.

0 comments:

Post a Comment