BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu
pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi
menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang
berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan
lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan
feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi
yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah
makalah dengan judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan
penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis
laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi
kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan
mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara
pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara benar. mampu melaksanakan
pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada akhirnya mampu membuat
interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
B. Tujuan
penulisan
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.
Pengertian
2.
Indikasi
3.
Manfaat
4.
Tabel pemeriksaan
5.
Feses normal
6.
Prosedur pemeriksaan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Makroskopis
Pemeriksaan tinja dengan melihat bentuk,
konsistensi, warna, bau ada tidaknya darah samar, lendir, nanah, sisa sisa
jaringan makanan atau parasit.
2. Mikroskopis
Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid
dari makroskopis dengan menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam pemeriksaanya.
B. Manfaat
1. Mengetahui ada tidaknya masalah pada
pencernaan
2. Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat
pada feses
C. Indikasi
1. Adanya
diare dan konstipasi
2. Adanya
darah dalam tinja
3. Adanya
lendir dalam tinja
4. Adanya
ikterus
5. Adanya
gangguan pencernaan
6. Kecurigaan
penyakit gastrointestinal
D. Feses
normal
Orang dewasa normal
mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut 70% merupakan air
dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa kuman. Selebihnya
adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel sel epitel yang rusak
dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak
lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas.
frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
Seperti
gambar dibawah ini :
GAMBAR
FESES NORMAL
E. Tabel pemeriksaan
Maskroskopi
|
Penyebab
|
Catatan
|
Butir, kecil, keras, warna tua
Volume besar, berbau dan
mengambang
Rapuh dengan lender tanpa darah
Rapuh dengan darah dan lender
Volume besar, cair, sisa padat
sedikit
Rapuh, mengandung nanah atau
jaringan nekrotik
Agak lunak, putih abu-abu
sedikit
|
Konstipasi
Malabsorpsi zat lemak atau
protein
Sindrom usus besar yang mudah
terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan jonjot-jonjot
Inflamasi usus besar; tifoid,
shigella, amebeasis,tumor ganas
Infeksi non-invasif (cholera,
e.coli keadaan toksik, keracunan makanan oleh stafilikok, radang selaput
osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan)
Devertikulitis atau abses lain,
tumor nekrotik, parasit
obtruksi saluran makan barium
|
Pada keadaan usus besar yang
sensitive keadaan dapat diselingi diare yang cair atau berlendir
Ekskresi lemak 6 g/hari
merupakan hal yang abnormal; mungkin terdapat pada penyakit usus halus
primer, fibrosis kistik, pankreastitis, sindroma post-gastrektomi,
penyumbatan saluran empedu
Dengan tinja yang agak
terbentuk, sering diawali kelainan fungsi
Darah tanpak lebih nyata dari
pada lender
Dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit
Untuk parasit perik salah tinja
selagi masih panas
Bilirubin serum biasanya
abnormal
|
Tabel
: gejala yang diagnostic pada pemeriksaan makroskopik tinja
Warna
|
Tidak
patologis
|
Patologis
|
Coklat, coklat tua kuning coklat
Coklat tua sekali
Hitam
Abu-abu
Abu-abu muda sekali
Hijau atau kuning hijau
Merah
|
Oksidasi normal dari pigmen empedu
Dibiarkan lama di udara
Makanan yang mengandung banyak daging
Makan besi, bismut
Makan kokoa
Makanan mengandung banyak bahan susu barium
Makanan yang mengandung banyak bayam, sayuran hijau
lain. Pencahar yang barasal sayuran
Makanan yang mengandung banyak lobak merah (biet)
|
Perdarahan di saluran cerna bagian proksimal
steatore (konsistensi seperti bubur dan berbuih)
Obtruksi saluran empedu
Makanan melalui usus dalam waktu cepat hingga
pigmen empedu belum sempat teroksidasi
Perdarahan yang berasal dari saluran cerna bagian
distal
|
Tabel
: keadaan yang mempengaruhi warna tinja
Kategori
|
Kondisi khusus
|
Hal lain
|
Osmotic
|
Defisiensi
disakaridase (intoleransi terhadap laktosa)
Disakarida
dalam buncis atau kacang-kacangan lain yang tidak dapat dicerna Pencahar
berupa larutan garam
|
Gejalan setelah makan makanan yang berasal dari
susu
Perut kembung, lazim dengan “gas”. Kadang-kadang
diselingi konstipasi pencahar yang tidak benar
Riwayat sakit dan gejala ulkus peptikum
Dampak osmotic dari antasid
|
Sekretorik
|
Setelah makan bahan pemanis buatan yang tidak
dapat dicernakan toksin berasal dari kuman (kolera, E.coli, keracunan makanan
yang mengandung stafilokok
Hormone yang enteroaktif (gastrin pada sindrom)
Zollinger-Ellison; serotonin ? zat lain pada
sindroma karsinoid
Sindroma malabsorpsi lemak, protein
Perangsangan oleh asam empedu
|
Riwayat jenis makanan menentukan diagnose
Epidemiologi lebih penting daripada biakan tinja
Gejala sistemik lain lazim didapat.
Bau busuk merupakan gejala yang umum dari
malnutrisi oleh kalori atau protein
Setelah reseksi dari usus halus
Pertumbuhan bakteri yang berlebihan dalam usus
halus
|
Perubahan
struktur atau fungsi
|
Reseksi usus
Fistel enterokolon
Sindroma usus besar yang sensitive
|
Dapat diduga dari riwayat penyakit. Komplikasi
dari penyakit divertikulum atau penyakit inflamasi usus besar
Patofisiologi masih belum jelas
|
Kerusakan
mukosa
|
Penyakit inflamasi usus besar (sindroma crohn,
colitis ulseratif)
Kuman yang invasif (beberapa jenis shigella,
salmonella, ameba kampilobakter) Kolitis pseudo membranosa
|
Perdarahan; rasa nyeri, berat badan mungkin
menurun
Biakan tinja berguna pada permulaan penyakit
Sering didapat setelah penggunaan antibiotic yang
mempunyai rentang spectrum lebar
Dapat merupakan penyulit pada uremia, gagal
jantung kongestif; iskemia intestinal
|
Tabel
: berbagai jenis diare
F. Prosedur
pemeriksaan
1. Makroskopis
syarat dalam pengumpulan sampel untuk
pemeriksaan feses :
a. Wadah
sampel bersih, kedap, bebas dari urine
b. Harus
diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari
es
c. Tidak
boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
d. Diambil
dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang
bercampur darah atai lendir
e. Paling
baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja
sewaktu.
f. Pasien
konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
g. Pada
Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
h. Untuk
mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan
lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja
keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut
lebar
i.
Oleh karena
unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup
diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja
Berikut
adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan
sampel feses.
a. Pemeriksaan
Jumlah
Dalam keadaan
normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja
dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
b. Pemeriksaan
Warna
1) Tinja
normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi
oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang
dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat
santonin.
2) Tinja
yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil
atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam
mekonium.
3) Warna
kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran
pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut
akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas
seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang
tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan
radiologik.
4) Tinja
yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian
distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
5) Warna
coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat
tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik.
Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang
atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
c. Pemeriksaan
Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau
normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan
protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi
oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh
peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan
itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan
rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
d. Pemeriksaan
Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan
bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan
sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian
karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.
Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang
sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus
e. Pemeriksaan
Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali
lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau
radang pada dinding usus.
1) Lendir
yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada
usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali
iritasi terjadi pada usus halus.
2) Pada
disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
3) Lendir
transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous
colitis pada anxietas.
4) Tinja
dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan
rektal anal.
5) Tinja
dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis,
disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
6) Tinja
dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.
f. Pemeriksaan
Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah
muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau
bercampur baur dengan tinja.
1) Pada
perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan
warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices
dalam oesophagus.
2) Pada
perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar
tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma
rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
g. Pemeriksaan
Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal
ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid,
Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah
dalam jumlah yang banyak.
h. Pemeriksaan
Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan
spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
i.
Pemeriksaan adanya sisa
makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak
tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya
yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan
daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot,
serat elastic dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja
dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna
nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III
atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai
tetes-tetes merah atau jingga.
2. Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan
protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan
sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan
terhadap protozoa dan telur cacing.
a. Protozoa
Biasanya
didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk
trofozoit.
b. Telur
cacing
Telur cacing
yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius
vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
c. Leukosit
Dalam keadaan
normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri
basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah
leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada
penderita dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk
mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1
tetes emulsi feces pada obyek glass.
d. Eritrosit
Eritrosit hanya
terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila
lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja
selalu berarti abnormal.
e. Epitel
Dalam keadaan
normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus
bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat
karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau
ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
f. Kristal
Kristal dalam
tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel
fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium
oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam
lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat
Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat
Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis.
Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
g. Makrofag
Sel besar
berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat
bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak
bergerak.
h. Sel
ragi
Khusus
Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah
supaya jangan dianggap kista amoeba
i.
Jamur
1) Pemeriksaan
KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan
menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur,
sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan
dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal
dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari
hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk
invasif dari Candida pada sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan
adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan
penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis
dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat
sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada
faktor risiko juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau
pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan
biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara
mikroskopik juga.
3. Kimia
a. Darah
samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah
pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk
mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara
makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada
keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal
dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering
dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes
berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit
(Hb)
1) Metode
benzidine basa
a) Buatlah
emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah
hingga mendidih.
b) Saringlah
emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
c) Ke
dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
d) Tambahkan
3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
e) Bubuhilah
2ml filtrate emulsi tinja, campur.
f) Berilah
1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
g) Hasil
dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan :
Hasil
dinilai dengan cara :
Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau
samar-samar hijau
Positif ( +) hijau
Positif (2+) biru bercampur hijau
Positif (3+) biru
Positif (4+) biru tua
2) Metode
Benzidine Dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai
pengganti benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan
mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas.
3) Cara Guajac
Prosedur
Kerja :
a) Buatlah
emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat
glacial, campur.
b) Dalam
tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alcohol 95 %,
campur.
c) Tuang
hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua
jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
d) Hasil
positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu.
Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara
lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C
dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu,
sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat
menyebabkan positif (+) palsu
b. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah
urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total
hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
Prosedur
kerja :
1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah
mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama
dengan volume tinja
2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar
lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam
4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan
timbulnya warna merah
c. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja
memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena
dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan
per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus
obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit
dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan
penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
urobilin urin.
d. Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada
tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan
kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada
keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti
pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin
memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui
adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Pemeriksaan
feses masih sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium klinik maupun
laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu parameter yang
digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta
menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.
Pemeriksaan feses
dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis, mikroskopis
dan kimia.
1.
Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna,
pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan
darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan.
2.
Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur
cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.
3.
pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan
bilirubin.
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang
professional dituntut mampu untuk mengerjakan segala sesuatunya dengan ilmu
pengetahuan, bukan menerka, mengira ataupun asal asalan oleh karena itu kita
harus selalu mengupdate ilmu dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata,R.1999.Penuntun
Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.
(Halaman 180-185)
Corwin, Elisabeth J.2001.Buku
Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.(Halaman 518-519)
http://www.kalbe.co.id/consultation/14/apa-itu-pemeriksaan-tinja-dg-koh-dan-bedanya
pemeriksaan-tinja-rutin.htm (
Diakses pada 28 Maret 2011, pukul 16.30 )
http://health.detik.com/bila-feses-berwarna-hitam
(Diakses 25 Maret 2011, pukul 17.00)
frances. K. widmann. 1994. Tinjauan klinis atas hasil
pemeriksaan laboratorium. Jakarta: EGC
0 comments:
Post a Comment