Saturday, April 7, 2012

disentri


DISENTRI


 









Disusun Oleh:
     Ahmad Muzaki










STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2012


A.    DEFINISI
Disentri berasal dari bahasa Yunani  yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah.
disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar. Buang air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah.
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya.
 Jadi Disentri adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran pencernaan, khususnya di usus besar. Yang ditandai dengan sakit perut konsistensi tinja melembek hamper mencair dan kadang disertai darah  

B.     ETIOLOGI
1.         Bakteri (Disentri basiler)
    1. Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella
    2. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
    3. Salmonella
    4. Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
2.         Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun
  1. FACTOR RESIKO
1.      Perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare:
    1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan,
    2. Menggunakan botol susu yang tercemar,
    3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar dalam waktu cukup lama,
    4. Menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja
    5. Tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak makanan,
    6. Tidak membuang tinja secara benar.
D.    MANIFESTASI KLINIS
Gejala dimulai dalam 1-4 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang lebih muda, gejala dimulai secara tiba-tiba dengan demam, rewel, perasaan mengantuk, hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, diare, nyeri perut dan kembung dan nyeri pada saat buang air besar. Setelah 3 hari, tinja akan mengandung nanah, darah dan lendir. Buang air besar menjadi lebih sering, sampai lebih dari 20 kali/hari. Bisa terjadi penurunan berat badan dan dehidrasi berat.
Pada orang dewasa tidak terjadi demam dan pada mulanya tinja sering tidak berdarah dan tidak berlendir. Gejalanya dimulai dengan nyeri perut, rasa ingin buang air besar dan pengeluaran tinja yang padat, yang kadang mengurangi rasa nyeri. Episode ini berulang, lebih sering dan lebih berat. Terjadi diare hebat dan tinja menjadi lunak atau cair disertai lendir, nanah dan darah. Kadang penyakit dimulai secara tiba-tiba dengan tinja yang jernih atau putih, kadang dimulai dengan tinja berdarah. Sering disertai muntah-muntah dan bisa menyebabkan dehidrasi.

1.      Disentri basiler
a.       Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
b.      Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic.
c.       Muntah-muntah.
d.      Anoreksia.
e.       Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
f.       Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

2.      Disentri amoeba
a.       Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
b.      Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
c.       Sakit perut hebat (kolik)
d.      Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

E.     PATOFISIOLOGI
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan, minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita. Bakteri menyebabkan penyakit dengan menyusup ke dalam lapisan usus, menyebabkan pembengkakan dan kadang kadang luka dangkal.
Disentri Basiler biasanya dialami anak-anak yang lebih muda. Kuman penyakit ini masuk langsung ke dalam alat-alat pencernaan dan menyebabkan pembengkakan dan pemborokan dangkal. Peradangan yang hebat mungkin meliputi seluruh usus besar dan juga usus halus bagian bawah.
Organisme ini disebarkan dari satu orang ke orang lainnya melalui makanan dan air yang sudah dikotori atau yang disebarkan oleh lalat. Kuman disentri ini hidup dalam usus besar manusia dan menyebabkan luka pada dinding usus. Inilah yang menyebabkan kotoran penderita seringkali tercampur nanah dan darah.
Penyakit ini biasanya menyerang dengan tiba-tiba sekitar dua hari setelah terkena kuman terutama pada anak-anak. Setelah itu demam, anak cengeng, dan mudah mengantuk. Nafsu makannya hilang, mual, muntah, mencret, nyeri perut disentri kembung.
Dua-tiga hari kemudian tinjanya mengandung darah, nanah dan lendir. Penderita mungkin mengeluarkan tinja encer 20 sampai 30 kali sehari sehingga ia bisa kekurangan cairan. Pada tahap parahnya infeksi terjadi hebat dan bisa menyebabkan kematian.
Untuk mengobatinya biasanya dilakukan dengan mengganti cairan yang keluar seperti oralit. Selain itu pemberian antioksidan sangat penting untuk membunuh kuman. Meski begitu upaya pencegahan adalah dengan menjaga kebersihan, membasmi lalat di rumah, serta jaga makanan dan minuman dari kotoran.
Jika dalam kurun waktu tersebut tidak terlihat respons, harus dilakukan evaluasi apakah disentri tersebut bukan disentri basiler tetapi disentri amuba atau kuman tersebut sudah resisten terhadap antibiotik yang diberikan, sehingga perlu diganti.
Pengobatan disentri harus segera kalau tidak dapat membahayakan jiwa anak atau kemungkinan komplikasi bisa terjadi.







F.     PATHWAYS
DISENTRI
BAKTERI                                                                              AMOEBA
1.       1. Shigela                                                                                     EntamoebaHistolityca
2.       E coli
3.       Salmonella
4.       Campylobacter jejuni  

Makanan terkontaminasi                                     kontak dengan tinja penderita 


masuk melalui mulut

masuk ke lapisan usus

pembengkakan / luka dangkal
DISENTRI BASILER                                                                                            DISENTRI AMOEBA


a.       Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic.
b.      Muntah-muntah. nutrisi
c.       Anoreksia. nutrisi

d.      Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.





a.       Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
b.      Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
c.       Sakit perut hebat (kolik)






G.    PENATALAKSANAAN MEDIS
Dokter akan memberikan  antibiotik sesuai dengan gambaran klinis diare, tes laboratorium diperlukan untuk mengetahui tanda-tanda ketahanan kuman dan jenis disentri. Namun biasanya dokter akan memberikan antibiotik selama 5-7 hari.
Antibiotika
1.      Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan resiko komplikasi dan kematian.
2.      Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimokasazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
3.      Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan placebo10.
4.      Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
5.      Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
6.      Terapi antiamubik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.
7.      Terapi yang dipilih sebagai antiamubik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.


H.    PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.    Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis.

2.    Komponen terapi disentri :
a.    Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
b.    Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya resiko untuk memperpanjang masa sakit.
c.    Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan§ dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.
1)   Upaya rehidrasi oral tidak tepat untuk :
a)    Pengobatan awal dehidrasi berat, karena cairan harus diganti dengan cepat.
b)   Penderita ileus paratikus dan perut kembung.
c)    Penderita yang tidak dapat minum.
2)   Upaya rehidrasi oral tidak efektif untuk :
a)    Penderita dengan pengeluaran tinja yang sangat banyak dan cepat (lebih dari 15 ml/kgBB/jam) serta penderita tidak dapat minum cairan dengan jumlah yang cukup untuk mengganti kehilangannya.
b)   Penderita dengan muntah berat dan berulang-ulang.
c)    Penderita malabsorbsi glukosa; penderita seperti itu larutan oralit menyebabkan volume tinja meningkat nyata dan tinja mengandung glukosa jumlah besar.
I.       KOMPLIKASI
1.      Dehidrasi : saat di mana tubuh kita tidak seimbang dalam kadar cairannya , tentunya banyak cairan yang dikeluarkan daripada yang dihidupkan.
2.      Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia ( Hyponatremia merujuk pada tingkat sodium dalam darah yang lebih rendah dari normal. Sodium adalah penting untuk banyak fungsi-fungsi tubuh termasuk pemeliharaan keseimbangan cairan, pengaturan dari tekanan darah, dan fungsi normal dari sistim syaraf ).
3.      Sepsis (suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik / inflammatory sytemic rection yang dapat disebabkan oleh invansi bakteri, virus, jamur atau parasit.) dan DIC
4.      Sindroma Hemolitik Uremik : suatu penyakit dimana secara tiba-tiba jumlah trombosit menurun (trombositopenia, sel-sel darah merah dihancurkan (anemia hemolitik) dan ginjal berhenti berfungsi (gagal ginjal).
5.      Malnutrisi/malabsorpsi kekurangan nutrisi dari sejak dalam kandungan
6.      Hipoglikemia kekurangan glukosa dalam darah
7.      Prolapsus rectum (turunnya rektum melalui anus )
8.      Reactive arthritis : suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi yang terjadi di tubuh - paling sering usus, alat kelamin atau saluran kemih. Sakit sendi dan bengkak merupakan ciri khas dari arthritis reaktif. Artritis reaktif juga dapat menyebabkan peradangan pada mata, kulit dan saluran yang membawa urin dari kandung kemih (uretra). Arthritis reaktif juga kadang-kadang disebut sindrom Reiter, meskipun istilah ini lebih akurat mengacu pada subtipe artritis reaktif terutama yang mempengaruhi sendi, mata dan uretra.
9.      Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian atau jantung, dan kadang-kadang usus yang berlubang.
10.  Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (prolapsus rekti).








2 comments:

  1. Artikelnya sangat bermanfaat sekali, ditunggu artikel yang lainnya

    http://blogobattasik.com/obat-tradisional-disentri-basiler/

    ReplyDelete
  2. Terima kasih, sangat membantu ^-^

    ReplyDelete