Friday, June 10, 2011

infus


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Infus cairan intrafena adalah pemberian cairan kedalam tubuh melalui jarum kedalam pembuluh vena untuk mengganti kehilangan cairan. Pemasangan infus biasanya diberikan pada pasien yang mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan, pasien yang susah makan dan lain-lain. Di dunia kesehatan seorang perawat harus bisa memasang infus dengan baik karena apabila terjadi kesalahan dapat berakibat rusaknya pembuluh darah atau vena pada pasien.
Sebagai seorang perawat tidak hanya harus pandai memasang infus tetapi juga harusbisa merawat infusselama selang itu masih digunakan oleh pasien. Perawatan infus ini bertujuan agar tidak terjadi infeksi akibat punusukan saat memasukan selang infus kedalam pembuluh darah. Tapi sekarang banyak sekali tenaga medis atau perawat yang menyepelekan tindakan tersebut, padahal perawatan infus sangat penting bagi pasien.
B.     Tujuan
1.      Memberikan pengetahuan pada pembaca atau perawat tentang pentingnya perawatan infus.
2.      Memberitahukan akibat-akibat apabila tidak dilakukan perawatan infus.
3.      Memberitahuka cara atau langkah-langkah perawatan infus.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Infus cairan intrafena adalah pemberian cairan kedalam tubuh melalui jarum kedalam pembuluh vena untuk mengganti kehilangan cairan. Pemasangan infus biasanya diberikan pada pasien yang mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan, pasien yang susah makan dan lain-lain. Di dunia kesehatan seorang perawat harus bisa memasang infus dengan baik karena apabila terjadi kesalahan dapat berakibat rusaknya pembuluh darah atau vena pada pasien.
Perawatan infus adalah perawatan yang dilakukan pada tempat pemasangan infus.
B.     Tujuan
1.      Menghindari pembengkakan
2.      Menghindari pendarahan
3.      Menghindari infeksi

C.    Indikasi
Pasien yang mengalami ketidaknyamanan pada tempat pemasangn infus.
D.    Alat-alat
·         Pinset anatomis steril
·         Kasa steril
·         Sarung tangan steril
·         Gunting plester
·         plester
·         Lidi kapas
·         Alcohol 70%
·         Penunjuk waktu
·         NaCl 0,9%
·         Bengkok dua buah, satu berisi cairan disinfektan
·         Iodine provindon solution 10% / sejenis

E.     Prosedur
·         Mengatur posisi klien(tempat tusukan infus terlihat jelas)
·         Memakai sarung tangan
·         Membasahi plester dengan alkohol/wash bensin dan buka balutan dengan menggunakan pinset
·         Membersihkan bekas plester
·         Membersihkan daerah tusukan dan sekitarnya dengan NaCL.
·         Mengolesi tempat tusukan dengan iodin cair / zalf
·         Menutup dengan kassa steril dengan rapi
·         Memasang plester penutup
·         Mengatur tetesan infus sesuai program
KECEPATAN ALIRAN UNTUK  INFUS INTRAVENA
Faktor tetesan selang (tetes/ml)
1000ml/6 jam (tets/mnt)
1000 ml/ 8 jam (tetes/31mnt)
1000 ml/10 jam (tetes/mnt)
1000 ml/12 jam (tetes/mnt)
1000 ml/24 jam (tetes/mnt)
10
28
21
17
14
7
15
42
31
25
21
10
20
56
42
34
28
14
60
167
125
100
84
42


F.     Cara Penghitungan Cairan Infus
Perhitungan tetesan infus
1.      Tetesan makro : 1cc = 15 tetes
Rumus :
Tetesan/menit = jumlah cairan yang dimasukan (cc)
Lamanya infus (jam) x4
2.      Tetesan makro : 1cc = 60 tetes
Rumus :
Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dimasukan (cc). lamanya infus (jam) untuk contoh :
3000 ml dinfus dalam 24 jam, maka jumlah milimiter perjamnya adalahsebagai berikut :
3000 /24 = 125 ml/h

Tetes per menit
Contoh : 1000 ml dalam 8 jam, faktor tetesan 20
1000 x 20 / 8x60 = 41 tpm (tets per menit)
G.    Penggantian slang intravena dan penggantian balutan intravena.
·         Alat yang digunakan
Ø  Kapas alkohol,kapas povidon ,tinktur iodin 1% - 2% atau klorheksidin.
Ø  Selang penginfus (berlubang untuk kantong cairan intravena ,tidak berlubang untuk botol iv0
Ø  Plug infus iv
Ø  Handuk
Ø  Plester lebar 1 inci (bisa didapat dengan memotong plester 2 inci)
Ø  Larutan pembilas heparin atau salin
Ø  Balutan : kasa 2x2, balutan adesif atau balutan iv transparan
Ø  Tiang iv (di tempat tidur atau beroda) pompa/pengontrol iv
Ø  Salep(bila perlu)
Ø  Gunting untuk mencukur rambut (jika perlu)
Ø  Papan lengan (pilihan)
Ø  Label adhesif
Ø  Sarung tangan tidak steril
·         Penggantian selang intravena

1.      Cuci tangan dan atur peralatan
2.      Buka kemasan dan periksa slang terhadap kerusakan atau cacat. Yakinlah penutup terpasang pada semua lubang dan kliem regulator tertutup.
3.      Periksa cairan infus berdasarkan intruksi dokter
4.      Plester slang lama ke tiang iv atau tiang pompa dan isi ruang tetesan sampai penuh
5.      Lepaskan kantong atau botol cairan infus dari tiang atau pompa iv (tempatkan pompa pada tiang) dan lepaskan sambungan dari slang lama
6.      Sambungan slang baru ke kantong atau botol dan slang utama (hilangkan udara):
-   Gantung botol atau kantong pada tiang iv atau pimpa infus
-   Peras ruang tetesan berulang-ulang sampai tinggi cairan mencapai tanda lingkaran
-   Lepaskan penutup dari ujung slang
-   Buka kliem roller dan bilas slang sampai udara hilang
-   Pegang plug medikasi karet dan filter (jika ada) secara terbalik dan ketuk-ketuk saat cairan mengalir, tutup kliem.
7.      Tutup ujung slang dengan longgar dan letakan di tempat tidur dekat balutan iv. Tempatkan handuk dibawah ekstremitas
8.      Gunakan sarung tangan
9.      Tutup aliran dari slang lama
10.   – Ganti slang dengan yang baru pada hub kateter iv:
·         Tempatkan swab alkohol dibawah sambungan hub- selang kateter
·         Kendurkan sambungan pada sambungan kateter iv dan slang lama
·         Pegang kateter secara kuat dengan satu tangan ,berikan tekanan dengan jari diatas tempat inversi iv dengan satu jari,lepaskan selang lama,
·         Dengan cepat masukan slang baru kedalam hub kateter dengan mempertahankan sterilisasi kateter dan ujung slang baru,
·         Ikat sambungan dengan plester atau penyambung luer-lok.
-           Mulai alirkan keslang baru
-          Atur aliran cairan atau tempatkan slang kedalam pompa
-          Plester slang kebalutan dan lengan kecuali balutan akan diganti.
-          Tandai slang dengan tanggal waktu ,penggantungan dan inisial anda.
11.  Konversi ke iv lock
·         Lakukan langkah 1 – 9 lepaskan slang lama dan pasang plug infus/lock heparin
·         Bilas kateter dengan salin atau bilasan heparin
·         Plester plug infus dan kateter erat-erat ditempatnya atau lakukan penggantian balutan jika diindikasikan
·         Beri label yang berisi tanggal waktu dan inisial
12.  Buang slang lama dan benda yang tidak terpakai lainya
13.  Pada saat mengganti balutan ,lihat prosedur penggantian balutan intravena.jika tidak tempatkan plester menyilangi sambungan slang dan kateter
14.  Buang sarung tangan dan cuci tangan

·         Penggantian balutan intravena.
1.      Cuci tangan dan atur peralatan
2.      Jelaskan prosedur pada klien
3.      Robek plester sepanjang 3inci dan lebar 1inci.potong sebuah plester sampai ketengahnya .gantungkan potongan plester ketepi meja
4.      Buka larutan anti mikroba (alkohol/povidon dll) balutan dan pernban adesif dan salep
5.      Bantu klien dalam posisi duduk atau terlentang
6.      Tempatkan handuk dibaawah eksremitas
7.      Gunakan sarung tangan
8.      Lepaskan balutan dan semua plester kecuali plester ynag menahan kateter
9.      Dengan menggunakan alkohol terlebih dahulu dan kemudian suap betadin ,bersihkan tempat insersi kateter  mulai pada bagian kateter dan bersihkan kearah luar secara melingkar hingga mencapai diameter 2inci
10.  Biarkan mengering
11.  Pegang kateter dengan sarrung tangan,lepaskan plester yang masih melekat dan bersihkan area dibawah kateter
12.  Biarkan area tersebut mengering dan fiksasi kateter apda posisinya.
-          Kateter over the needle:
Dengan tepi plester melekat pada ibu jari telunjuk,tempelkan plester kecil dibawah hubungkan kateter dengan bagian pelekat menghadap keatas.lipat ujungnya lurus kebawah kearah tempat insersi .jangan meletakan menempatkan plester diatas tempat insersi,tempatkan plester kecil lainya menyilangi hub kateter
-          Kupu-kupu: tempatkan potongan plester paling kecil menyilangi sayap kupu-kupu dan plester lain menyilangi bagian tengah untuk membentuk H
13.  Tempatkan salep di atas tempat insersi, jika diinginkan, dan tutupi tempat tersebut dengan balutan perekat, kasa 2x2 inci atau balutan iv transparan (jika kllien alergi dengan iodin, gunakan salep neosporin)
14.  Lepaskan sarung tangan dan fiksasi slang:
-          Kateter over-the needle: tempatkan plester menyilang bagian atas slang tepat dibawah katete, lengkungkan slang dan flester ke balutan, dan amankan slang kelengan dengan sepotong plester pendek (plesteran slang atau sambungan hubungan kateter dilakukan jika perlu
-          Kupu-kupu: gulungkan slang kateter mengelilingi bagian atas tempat iv’plester menyilangi gulungan dan hubungan kateter
-          Ivlock: bilas dengan daktarin atau salin dan plester plub infus secara menyilang
15.  Gunakan papan tangan bila diperlukan
16.  Pada saat potongan plester atau label, catat ukuran jarum, tipe, tanggal dan waktu perawatan tempat infus serta inisial, anda tempatkan label di atas balutan
17.  Jelaskan pembatasan gerakan pada klien dengan demonstrasi ulang, serta perlunya melaporkan atau bengkak pada tempat infus
18.  Buang atau simpan bahan ; cuci tangan







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah kita mengetagui pentingnya perawatan infus bagi pasien maka kita sebagai perawat yang baik harus belajar perawatan infus agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
B.     Saran
1.      Seorang perawat harus tahu pentingnya perawatan infus
2.      Seorang perawat tahu apabila tidak dilakukan perawatan infus
3.      Seorang perawat harus tahu cara perawatan infus yang baik

HUKNAH TINGGI DAN RENDAH SERTA SUPPOSITORIA


HUKNAH TINGGI DAN RENDAH SERTA SUPPOSITORIA
A.    Pengertian
Huknah tinggi adalah Memasukkan cairan melalui anus sampai ke kolon asenden dengan menggunakan kanul rekti
           
Huknah rendah adalah Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.

B.     Tujuan
1.      Huknah tinggi
a.       Membantu mengeluarkan fesces akibat konstipasi
b.      Tindakan pengobatan/pemeriksaan diagnostik
2.      Huknah rendah
a.       Merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar
b.      Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi
c.       Sebagai tindakan pengobatan

C.    Indikasi
1.      Pasien yang obstipasi
2.      Pasien yang akan di operasi
3.      Persiapan tindakan diagnostika misalnya ( Pemeriksaan radiologi )
4.      Pasien dengan melena

D.    Kontraindikasi
1.      Pasien dengan diverticulitis, ulcerative colitis, Crohn’s disease, post operasi,
2.      pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal,
3.      keadaan patologi klinis pada rektum dan kolon seperti hemoroid bagian dalam atau hemoroid besar, tumor rektum dan kolon.

E.     Persiapan
1.      Huknah tinggi
a.       Persiapan pasien
·         Mengucapkan salam terapeutik
·         Memperkenalkan diri
·         Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan  tindakan yang akan dilaksanakan.
·         Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
·         Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
·         Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
·         Privacy klien selama komunikasi dihargai.
·         Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
·         Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
·         Pasien disiapkan dalam posisi tidur miring ke kanan (posisi sim)
b.      Persiapan alat
·         Sarung tangan bersih
·         Selimut mandi atau kain penutup
·         Perlak dan pengalas bokong
·         Irigator lengkap dengan canule recti, selang dan klemnya
·         Cairan hangat sesuai kebutuhan (misalnya cairan Nacl, air sabun, air biasa)
·         Bengkok
·         Pelicin (vaselin, sylokain, Jelly 2% /pelumas larut dalam air
·         Tiang penggantung irigator
·         Jika perlu sediakan pispot,air pembersih dan kapas cebok/tissue toilet
2.      Huknah rendah
a.       Persiapan pasien
·         Mengucapkan salam terapeutik
·         Memperkenalkan diri
·         Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan  tindakan yang akan dilaksanakan.
·         Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
·         Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
·         Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
·         Privacy klien selama komunikasi dihargai.
·         Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
·         Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
·         Pasien disiapkan dalam posisi tidur miring ke kiri (posisi sim)
b.      Persiapan alat
·           Sarung tangan bersih
·           Selimut mandi atau kain penutup
·           Perlak dan pengalas bokong
·           Irigator lengkap dengan canule recti, selang dan klemnya
·           Cairan hangat sesuai kebutuhan (misalnya cairan Nacl, air sabun, air biasa)
·           Bengkok
·           Pelicin (vaselin, sylokain, Jelly 2% /pelumas larut dalam air
·           Tiang penggantung irigator
·           Jika perlu sediakan pispot,air pembersih dan kapas cebok/tissue toilet

F.     Prosedur
1.      Huknah tinggi dan huknah rendah
a.       Pintu ditutup/pasang sampiran
b.      Mencuci tangan
c.       Perawat berdiri disebelah kanan klien dan pasang sarung tangan
d.      Pasang perlak dan pengalas
e.       Pasang selimut mandi sambil pakaian bagian bawah klien ditanggalkan
f.       Atur posisi klien sims miring kiri (huknah rendah) dan posisi sims miring kanan (huknah tinggi)
g.      Sambung selang karet dan klem (tertutup) dengan irigator
h.      Isi irigator dengan cairan yang sudah disediakan
i.        Gantung irigator dengan ketinggian 40-50 cm dari bokong klien
j.        Keluarkan udara dari selang dengan mengalirkan cairan ke dalam bengkok
k.      Pasang kanule rekti dan olesi dengan jelly
l.        Masukkan kanule ke anus, klem dibuka, masukkan cairan secara perlahan
m.    Jika cairan habis, klem selang dan cabut kanul dan masukkan kedalam bengkok
n.      Atur kembali posisi klien dan minta klien menahan sebentar
o.      Bantu klien ke WC jika mampu, jika tidak tetap dalam posisi miring lalu pasang pispot dibokong klien.
p.      Klien dirapihkan
q.      Alat dirapihkan kembali
r.        Mencuci tangan
s.       Melaksanakan dokumentasi :
·   Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
·   Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

G.    Perbedaan huknah tinggi dan huknah rendah
No
Perbedaan
Huknah rendah
Huknah tinggi
1.



2


3.

4.

5.

6.
- Tindakan



- Tujuan


- Kanul enema

- Posisi

- Jumlah cairan hangat yang diberikan untuk dewasa
- Tinggi irigator
- Tindakan   memasukkan cairan hangat dari rectum kedalam kolon desenden

- Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi, colonoscopy
-Kanula Recti

-Posisi sims miring kekiri

-500 ml


- ± 30 cm dari tempat tidur
-Tindakan memasukkan cairan hangat dari rectum dimasukkan kedalam kolon asenden.
-Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi fekal
-Kanula usus

-Posisi sim’s miring ke kanan
-750-1000ml


- ± 30-45 cm dari tempat tidur




No
Usia
Jumlah larutan
1.
2.
3.
4.
5.
Bayi
Toddler atau preschool
Anak usia sekolah
Remaja
Dewasa
150-250 ml
250-350 ml
300-500 ml
500-750 ml
750-1000 ml

H.    Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk , yang diberikan melalui rectal,vagina ,atau uretra.Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat,gelati tergliserinasi,minyak nabati terhidrogenasi,campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol(anonim 1995)

1.      TUJUAN PENGGUNAAN SUPPOSITORIA
a.       Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya, suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum. Hal ini digunakan terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
b.      Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat
c.       Untuk menghindari kerusakan obat oleh enzim didalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia didalam hati.
2.      CARA KERJA OBAT :
Ketoprofen adalah suatu anti inflamasi non steroid, yang termasuk dalam golongan AINS turunan dari asam propionat. Ketoprofen memiliki aktivitas anti inflamasi, anti piretik dan analgesik secara sentral dan perifer.
Ketoprofen menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat ensim siklooksigenase.
3.      INDIKASI :
·         Rematik inflamasi kronis
·         Rematik abartikuler
·         Serangan Gout atau kondrokalsinosis
·         Artritis akut dan poliartritis
·         Skiatika dan nyeri pada pinggang bawah
·         Eksaserbasi kongestif pada osteoartritis
·         Sebagai analgetik setelah operasi atau setelah melahirkan
4.      KONTRA INDIKASI :
·         Penderita dengan riwayat reaksi hipersensitif terhadap Ketoprofen, Asetosal, AINS lainnya seperti serangan asma, atau reaksi alergi tipe lain.
·         Reaksi anafilaksis berat dan fatal pernah dilaporkan meskipun jarang.
·         Penderita dengan riwayat rektitis atau protekragia.
5.      EFEK SAMPING :
·         Gangguan pada saluran cerna : gastralgia, nyeri perut, mual, muntah, diare, konstipasi.
·         Reaksi hipersensitivitas : kemerahan, urticaria, angioedema, serangan asma, bronkospasme, reaksi anafilaksis (termasuk syok).
·         Gangguan pada sistem saraf pusat dan perifer : pusing, parestesi dan konvulsi, sakit kepala, somnolence, gangguan emosi.
·         Gangguan pendengaran : tinitus.
·         Gangguan pada darah : trombositopenia, anemia yang umumnya karena perdarahan kronis, agranulositosis, aplasia sumsum tulang.
·         Over dosis : Efek samping yang diamati pada keadaan overdosis adalah : hipertensi, bronkospasme dan hemoragi gastrointestinal. Pada kejadian ini dapat diberikan terapi simtomatik dan supportive.

6.      PERINGATAN DAN PERHATIAN :
·         Hati-hati diberikan pada penderita dengan riwayat tukak lambung.
·         Pada awal pengobatan fungsi ginjal harus dipantau dengan cermat pada pasien dengan gangguan hati. Sirosis dan nefrosis, pasien yang menerima pengobatan diuretik, pasien dengan gangguan ginjal kronis, terutama pada pasien usia lanjut. Pada pasien-pasien ini pemberian ketoprofen dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke dalam ginjal disebabkan oleh penghambatan prostaglandin dan berakibat gagal ginjal.
·         Seperti halnya dengan AINS lain, bila terdapat infeksi, maka aktivitas antiinflamasi, analgesik dan antipiretik ketoprofen dapat menutupi tanda-tanda umum perkembangan infeksi misalnya demam.
·         Pada pasien dengan pemeriksaan fungsi hati abnormal, atau dengan riwayat penyakit hati, kadar transaminase harus dinilai secara berkala terutama pada pengobatan jangka panjang. Pernah dilaporkan adanya ikterus dan hepatitis karena ketoprofen walaupun jarang.
·         Bila terjadi gangguan penglihatan misalnya penglihatan kabur maka pengobatan harus dihentikan.
·         Hati-hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
7.      INTERAKSI OBAT :
·         Dengan AINS lain, termasuk salisilat dosis tinggi : dapat meningkatkan risiko tukak lambung dan perdarahan.
·         Antikoagulan oral, heparin parenteral dan tiklopidin : meningkatkan risiko perdarahan yang disebabkan penghambatan agregasi trombosit.
·         Lithium : risiko peningkatan kadar litium dalam plasma, kadang-kadang mendekati kadar toksis, karena penurunan ekskresi litium melalui ginjal.
·         Metotreksat dengan dosis lebih dari 15 mg/minggu : akan terjadi peningkatan risiko toksisitas darah dari metotreksat, sehubungan dengan penggantian metotreksat yang terikat dengan protein dan penurunan klirens ginjal.
8.      DOSIS :
SUPRAFENID Supositoria :
·         Bila dikombinasikan dengan pemberian per oral pada waktu pagi dan siang, dosis lazim adalah 1 supositoria dimasukkan ke dalam rektum.
·         Bila tidak dikombinasikan dosis lazim adalah 2 x 1 supositoria perhari, dimasukkan ke dalam rektum.
9.      KEMASAN :
Dus, isi 10 Supositoria
No. Reg : DKL 0315616553 A1
10.  HARUS DENGAN RESEP DOKTER
·        Simpan di tempat sejuk (8º C - 15º C) dan kering
·        Dibuat oleh PT. COMBIPHAR
Bandung - Indonesia
untuk PT Meprofarm

11.  PEMBERIAN OBAT
a.       Persiapan
·         Persiapan Klien
o   Cek perencanaan Keperawatan klien.
o   Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, dan reaksi yang akan terjadi setelah pemberian obat.
·         Persiapan Alat
o   Baki beralas.
o   Hanscone sebelah kanan.
o   Gunting, kain kassa.
o   Obat pencahar yang diperlukan/Suppositoria.
o   Pispot dan bengkok.

b.      Pelaksanaan
·         Perawat cuci tangan.
·         Pasang sampiran dan gunakan sarung tangan jika perlu.
·         Gunting obat pencahar yang diperlukan.
·         Ambil dengan kain kassa.
·         Masukan perlahan-lahan melalui rectal 7 – 10 cm sampai melewati Spinter ani interna, sambil pasien disarankan menarik napas panjang.
·         Anjurkan pasien menahan BAB dulu sampai terasa mules.
·         Dekatkan pispot dengan pasien.
·         Catat pemberian obat dan reaksi pasien.
·         Membereskan alat-alat.
·         Perawat cuci tangan.
·         Catat tindakan yang telah dilakukan.
c.       Evaluasi
·         Perhatikan respon klien dan hasil tindakan.
d.      Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.