Wednesday, December 4, 2013

apendicitis inflamasi


Wednesday, November 27, 2013

pengertian polip hidung


A.    Definisi
Polip hidung adalah massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat dalam rongga hidung.
Polip Hidung adalah tonjolan pada jaringan permukaan (mukosa) rongga hidung bagian dalam (cavum nasi). Bentuknya bertangkai dan memanjang (mirip dengan buah anggur bening lonjong bertangkai). Itu sebabnya penderita polip hidung merasa terganggu akibat tonjolan di dalam hidungnya sehingga tidak leluasa bernafas (buntu) dan pilek berkepanjangan.

B.     Etiologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat hipersensitifitas atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi terhadap kejadian polip
hidung belum diketahui dengan pastif  tetapi tidak ada keraguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal sering kali ditemuakan bersamaan dengan adanya polip. Adapun faktor penyebab yang dianggap berhubungan dengan Polip Hidung adalah reaksi alergi dan peradangan menahun yang berulang. Beberapa penyakit dan kondisi yang ditengarai berhubungan dengan Polip Hidung, diantaranya: Asma (20-50%), Rhinitis Alergika, Sinusitis Kronis, Intoleransi Aspirin, Intoleransi Alkohol. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang terjadai pada anak-anak. Polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.


C.     Faktor Predisposisi
faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :
1. Alergi terutama rinitis alergi.
2. Sinusitis kronik.
3. Iritasi.
4.Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.

D.    Patofisiologi
Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas cairan interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga hidung dan gaya berat.
Polip dapat timbul dari bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali bilateral. Polip hiung paling sering berasal dari sinus maksila (antrum) dapat keluar melalui ostium sinus maksilla dan masuk ke ronga hidung dan membesar di koana dan nasopharing. Polip ini disebut polip koana.
Secara makroskopik polip tershat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau keabu-abuan. Sedangkan secara mikroskopik tampak submukosa hipertropi dan sembab. Sel tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit dan sel plasma sedangkan letaknya berjauhan dipisahkan oleh cairan interseluler. Pembuluh darah, syaraf dan kelenjar sangat sedikit dalam polip dan dilapisi oleh epitel throrak berlapis semu.

E.     Manifestasi  Klinik :
1. Sumbatan hidung
2.  Hiposmia / anosmia
3. Sinusitis, nyeri kepala, rinorhea
4. Alergi; berupa bersin-bersin dan iritasi

F.      Gejala Polip Hidung
1.      Hidung mampet. Berat ringannya hidung buntu bergantung pada letak dan ukuran Polip Hidung.
2.      Suara bindeng. Penciuman menurun.
3.      Pilek berkepanjangan. Hidung meler, encer hingga kental.

G.    Jenis Polip Hidung
Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yakni:
1.      Polip hidung Tunggal. Jumlah polip hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan dinding sinus tulang pipi (maxilla).
2.      Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi rongga hidung. Pada umumnya berasal dari permukaan dinding rongga tulang hidung bagian atas (etmoid).

H.    Pencegahan
Anda dapat membantu mengurangi kemungkinan Anda untuk mengalami polip hidung atau kambuhnya polip hidung setelah perawatan dengan strategi pencegahan berikut:
1.      Mengatur alergi dan asma. Mengikuti pengobatan dokter rekomendasi untuk mengelola asma dan alergi. Jika gejala tidak mudah dan secara teratur di bawah kendali, konsultasi dengan dokter Anda tentang perubahan rencana pengobatan Anda.
2.      Hindari iritasi. Sebisa mungkin, hindari hal-hal yang mungkin untuk memberikan kontribusi untuk peradangan atau iritasi sinus Anda, seperti alergen, polusi udara dan bahan kimia.
3.      Hidup bersih yang baik. Cuci tangan Anda secara teratur dan menyeluruh. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi terhadap infeksi bakteri dan virus yang dapat menyebabkan peradangan pada hidung dan sinus.
4.      Melembabkan rumah Anda. Gunakan pelembab ruangan jika Anda memiliki udara kering di rumah Anda. Hal ini dapat membantu meningkatkan aliran lendir dari sinus Anda dan dapat membantu mencegah sumbatan dan peradangan.
5.      Gunakan bilasan hidung atau nasal lavage. Gunakan air garam (saline) spray atau nasal lavage untuk membilas hidung Anda. Hal ini dapat meningkatkan aliran dan menghilangkan lendir penyebab alergi dan iritasi. Anda dapat membeli semprotan saline atau lavage nasal dengan perangkat, seperti sedotan, untuk mngantarkan bilasan. Anda dapat membuat solusi sendiri dengan mencampurkan 1 / 4 sendok teh (1.2 ml) garam dengan 2 cangkir (0,5 liter) air hangat. Hindari air garam semprot yang mengandung zat aditif yang dapat membakar lapisan mukosa hidung Anda.

I.       Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah menghilangkan penyebabnya. Sayangnya, hingga kini penyebab pasti Polip Hidung belum diketahui. Sehingga pengobatan Polip Hidung ditujukan untuk meredakan keluhan akibat Polip dan menghilangkan Polip Hidung melalui tindakan medis operasi.

Pengobatan Non Operatif
Cara ini dipilih untuk pengobatan Polip Hidung yang masih kecil, untuk meredakan keluhan dan agar polip tidak membesar secara progresif. Obat yang lazim digunakan, antara lain:
1.       Anti inflamasi steroid oral. Diberikan pada awal pengobatan untuk mencegah hidung buntu, sekaligus untuk menilai respon pengobatan. Apabila memberikan respon yang bagus, pengoabatan dengan cara ini aman diberikan secara periodik 3-4 kali setahun.
2.       Steroid intranasal. Efektif untuk mengurangi pertumbuhan Polip Hidung dan pasca operasi.
3.       Injeksi Steroid intra Polip. Pengobatan cara ini sangat selektif dan dipilih atas pertimbangan khusus oleh dokter THT.
4.       Leukotriene inhibitors. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan ini bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan Polip Hidung dan meredakan keluhan, terutama pada Polip Hidung yang dipicu oleh Rhinitis Alergika.
5.       Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai infeksi sekunder oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter.
Pengobatan Operatif
Tindakan operasi dilakukan untuk mengambil Polip Hidung berdasarkan indikasi sesuai hasil pemeriksaan Dokter THT.
Pasca operasi dilanjutkan dengan pengobatan untuk meredakan keluhan yang mungkin masih timbul, dengan menggunakan Steroid semprot intranasal.
Bagi Penderita Polip Hidung yang sedang menjalani pengobatan Non-Operasi, hendaknya menyampaikan kepada Dokter THT, obat-obat yang paling nyaman dan memberikan respon terbaik. Dengan begitu dokter akan memilihkan obat yang paling tepat, nyaman dan aman atau obat dengan efek samping paling minimal untuk penggunaan jangka panjang.

miopia


A.    Pengertian Miopi
1.      Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina ( bintik kuning ) dimana sistem akomodasi berkurang.
2.      Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina.
3.      Miopia adalah suatu keadaan dimana panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.
4.      Miopi adalah keadaan pada mata dimana cahaya/benda yang jauh letaknya jatuh/difokuskan didepan retina/selpaut jala/bintik kuning

B.     Etiologi
            Pertengahan tahun 1900 SM, para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata ( ahli kacamata ) percaya bahwa miopia menjadi hereditas utama. Di antara peneliti-peneliti dan para professional peduli mata, mereka mengatakan bahwa miopia sekarang telah menjadi sebuah kombinasi genetik dan merupakan salah satu faktor lingkungan.

Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab myopia yaitu:

1.      Hilangnya bentuk mata ( juga diketahui sebagai hilangnya pola mata ), terjadi ketika kualitas gambar dalam retina berkurang.
2.      Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada di depan atau di belakang retina

Myopia Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar kemungkinan mengalami miopi. Ini karena organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan.akibatnya para penderita miopi umumnya merasa bayangan benda yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya (Curtin, 2002). 
C.     Jenis-Jenis Miopi
1.      Menurut bentuk miopi
a.       Myopia Axial
terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal.
b.      Myopia Kurvatura
terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.
c.       Perubahan Index Refraksi
Perubahan indeks refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitussehingga pembiasan lebih kuat.
2.      Menurut derajat myopia
a.    Miopia ringan, dimana myopia kecil dari pada 1-3 dioptri
b.    Miopia sedang, dimana myopia lebih diantara 3-6 dioptri
c.    Myopia berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6 dioptri
3.      Menurut perjalanan myopia
a.    Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa
b.    Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambahnya panjangnya bola mata
c.    Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan
d.   Myopia degenertif atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina.

D.    Patofisiologi miopi
            Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada myopia.

E.     Manifestasi Klinik
            Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku.
            Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005).
            Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).

Gejala-gejala myopia juga terdiri dari:
1.      Gejala subjektif :
a.       Kabur bila melihat jauh 
b.      Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat 
c.       Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi ) 
d.       Astenovergens 
2.      Gejala objektif : 
a.       Myopia simpleks :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen myopia ( myopic cresent ) yang ringan di sekitar papil saraf optik. 
b.      Myopia patologik :

1)       Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks. 
2)       Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada:
3)       Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia. 
4)      Papil saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur 
5)       Makula: Berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan pendarahan subretina pada daerah macula. 
6)      Retina bagian perifer: Berupa degenersi kista retina bagian perifer Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid. (Illyas,2005). 
F.      Pencegahan
1.      Tidak membaca dalam keadaan gelap
2.      Tidak menonton TV dalam jarak yang terlalu dekat
3.      Jangan membaca terlalu dekat

G.    Pengobatan
1.       Penatalaksanaan Nonfarmakologi
a.       Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk mengurangi miopia.
b.      Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan). Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia yang efektif. 

c.       Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi lasik mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain yaitu Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda. Selain itu ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata. Orang-orang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak.

2.      Penatalaksanaan Farmakologi
 Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia (www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006). 



 DAFTAR PUSTAKA


Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC 
 Chan,WM.2004. Ophthalmology and Visual Science. The Chinese university of Hongkong.88(10):1315-1319. www.pubmedcentral.nih.gov/artclender
 Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381
 Curtin Brian J, Whitemore, Wayne G. The Optics of Myopia, In Duanes Clinical
 Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
 Guell, JL., Morral, M.,Gris, O. 2007. Implantation for Myopia Ophthalmology (abstract only). - - www.pubmedcentral.nih.gov/articlender 
Prof.dr.H.Sidarta Ilyas DSM.2000.ilmu penyakit mata. Jakarta. Fakultas kedokteran universitas Indonesia