Wednesday, December 4, 2013

apendicitis inflamasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit inflamasi pada system pencernaan sangat banyak, diantaranya appendisitis . Appendisitis adalah suatu penyakit inflamasi pada apendiks diakibanya terbuntunya lumen apendiks. Appendisitis disebabkan terbuntunya lumen apendiks. dengan fecalit, benda asing atau karena terjepitnya apendiks.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Apendisitis termasuk penyakit yang dapat dicegah apabila kita mengetahui dan mengerti ilmu tentang penyakit ini. Seorang perawat memiliki peran tidak hanya sebagai care giver yang nantinya hanya akan bisa memberikan perawatan pada pasien yang sedang sakit saja. Tetapi, perawat harus mampu menjadi promotor, promosi kesehatan yang tepat akan menurunkan tingkat kejadian penyakit ini.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi dan etiologi dari apendisitis
2.      Untuk mengetahui klasifikas dan patofisiologi dari apendisitis
3.      Untuk mengetahui manifestasi klinis dari apendisitis
4.      Untuk mengetahui komplikasi dari apendisitis
5.      Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari apendisitis
6.      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari apendisitis
7.      Untuk mengetahui pathways dari apendisitis

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
1.      Apendiksitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Mansjoer, 2000).
2.      Apendiksitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. (Smeltzer C. Suzanne (2001)
3.      Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi. ( Wilson & Goldman, 1989 )
4.      Apendiksitis adalah inflamasi pada apendiks yang disebabkan obstruksi, parasit, hyperplasia limfoid atau mal fungsi pembekuan katup apendiks. ( Monahan, 1999, hal 1063 )


B.     Etiologi
1.      Menurut Sjamsuhidayat, 2005
a.       Penyumbatan atau obstruksi pada lumen apendiks yang dapat disebabkan oleh hyperplasia jaringan limfoid, fekalit (masa keras dari feses)
b.      Tumor apendiks
c.        Cacing askaris
d.      Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica
e.       Kebiasaan makan makanan rendah serat mengakibatkan Konstipasi. Hal ini  akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini mempermudah timbulnya apendisitis akut.

2.      Menurut Mansjoer, 2000 :
a.       Hyperplasia folikel limfoid
b.      Fekalit
c.       Benda asing
d.      Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya
e.       Neoplasma

3.      Menurut Markum, 1996 :
a.       Fekalit
b.      Parasit
c.       Hyperplasia limfoid
d.      Obstruksi apendiks
e.       Makanan rendah serat





C.     Patofisiologi
            Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mucus tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2000).




D.    Manifestasi Klinik
1.      Menurut Mansjoer, 2000 :
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 sampai 38,5 derajat celcius.

2.      Menurut Betz, Cecily, 2000 :
a.       Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
b.      Anoreksia
c.       Mual
d.      Muntah
e.       Nyeri lepas
f.       Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali
g.      Konstipasi
h.      Diare
i.        Disuria
j.        Iritabilitas






E.     Klasifikasi
1. Appendicitis Akut
a.  Appendicitis Akut Sederhana (Cataral Appendicitis)
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada appendicitis kataral terjadi leukositosis dan appendiks terlihat normal, hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat serosa.
.
b.  Appendicitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.
 
c.  Appendicitis Akut Gangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi infrak dan ganggren. Selain didapatkan tanda-tanda supuratif, appendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada appendicitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang purulen
d.  Appendicitis Infiltrat
Appendicitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.

e.  Appendicitis Abses

Appendicitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, subcaecal, dan pelvic.

f.  Appendicitis Perforasi
Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.


5.      Appendicitis Kronis
Appendicitis kronis merupakan lanjutan appendicitis akut supuratif sebagai proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa appendicitis kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik appendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis, dinding appendiks menebal, sub mukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.




F.      Pathways

OBSTRUKSI APENDIKS                            MAKANAN RENDAH SERAT
                       
Aliran mucus dari lumen                                                 Feces keras

Apendiks ke sekum                                                          konstipasi
 

Mucus bertambah                                                      tekanan intra lumen

Terbentuk bendungan                                terjadi sumbatan pada apendiks

Peningkatan tekanan intra lumen              bakteri tumbuh & menginflamasi

Aliran limfe terhambat

Bakteri tumbuh dan meninflamasi



                                                APENDIKSITIS

 


    Nyeri tumpul                                                           mual, muntah

    Nyeri Akut                                                               BB menurun

                                                                                       anoreksia

                                                                        perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan

G.    Komplikasi apendisitis
1.      perforasi apendiks
perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
2.      Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltic berkurang sampai timbul illeus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.
3.       Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi appendicitis gangrene atau mikroperforasi ditutup oleh omentum.
4.      Nyeri tekan abdomen yang kontinyu


H.    Pemeriksaan Fisik
1.      Inspeksi
Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada inspeksi biasa ditemukan distensi perut.
2.      Palpasi
Kecurigaan menderita apendisitis akan timbul pada saat dokter melakukan palpasi perut dan kebahagian paha kanan. Pada daerah perut kanan bawah seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri ( Blumberg sign ). Nyeri perut kanan bawah merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
3.      Terkadang dokter akan melakukan pemeriksaan colok dubur untuk menentukan letak apendiks bila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan colok dubur kemudian terasa nyeri maka kemungkinan apendiks penderita terletak didaerah pelvis.


I.       Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan
1.       Pemeriksaan laboratorium
a.       Pemeriksaan darah lengkap
pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya ditemukan jumlah leukosit diatas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.
b.      Test protein reactive ( CRP )
Pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan
2.      Pemeriksaan radiologi.
a.       Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks
b.       CT-scan
Pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendicalith serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum









J.       Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan apendisitis akut meliputi :
1.       Terapi medis
Pasien diberikan antibiotik
2.       Terapi bedah
a.       Apendiktomi terbuka merupakan operasi klasik pengangkatan apendiks. Mencakup Mc Burney, Rocke-Davis atau Fowler-Weir insisi. Dilakukan diseksi melalui oblique eksterna, oblique interna dan transversal untuk membuat suatu muscle spreading atau muscle splitting, setelah masuk ke peritoneum apendiks dikeluarkan ke lapangan operasi, diklem, diligasi dan dipotong. Mukosa yang terkena dicauter untuk mengurangi perdarahan, beberapa orang melakukan inversi pada ujungnya, kemudian sekum dikembalikan ke dalam perut dan insisi ditutup
b.      Laparoskopik apendiktomi
Prosedurnya, port placement terdiri dari pertama menempatkan port kamera di daerah umbilikus, kemudian melihat langsung ke dalam melalui 2 buah port yang berukuran 5 mm. Ada beberapa pilihan operasi, pertama apakah 1 port diletakkan di kuadran kanan bawah dan yang lainnya di kuadran kiri bawah atau keduanya diletakkan di kuadran kiri bawah. Sekum dan apendiks kemudian dipindahkan dari lateral ke medial. Berbagai macam metode tersedia untuk pengangkatan apendiks, seperti dectrocauter, endoloops, stapling devices. Apendiks kemudian diangkat dari abdomen menggunakan sebuah endobag. Laparoskopik apendiktomi mempunyai beberapa keuntungan antara lain bekas operasinya lebih bagus dari segi kosmetik dan mengurangi infeksi pascabedah..





BAB III
PENUTUP



A.    Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000). Apendisitis termasuk penyakit yang dapat dicegah apabila kita mengetahui dan mengerti ilmu tentang penyakit ini. Seorang perawat memiliki peran tidak hanya sebagai care giver yang nantinya hanya akan bisa memberikan perawatan pada pasien yang sedang sakit saja. Tetapi, perawat harus mampu menjadi promotor, promosi kesehatan yang tepat akan menurunkan tingkat kejadian penyakit ini. Penyebab apendisitis antara lain disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen apendik, tumor apendiks, cacing askaris, bakteri E. histolytica, makan makanan yang rendah serat.

















DAFTAR PUSTAKA



www. harnawatiarjwordpress.com
Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.
Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.

0 comments:

Post a Comment