Wednesday, December 4, 2013
apendicitis inflamasi
Posted on 8:44 AM by ahmad muzaki 47
| No comments
Wednesday, November 27, 2013
pengertian polip hidung
Posted on 7:07 AM by ahmad muzaki 47
| No comments
A.
Definisi
Polip hidung adalah massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat dalam rongga hidung.
Polip hidung adalah massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat dalam rongga hidung.
Polip Hidung
adalah tonjolan pada jaringan permukaan (mukosa) rongga hidung bagian dalam
(cavum nasi). Bentuknya bertangkai dan memanjang (mirip dengan buah anggur
bening lonjong bertangkai). Itu sebabnya penderita polip hidung merasa
terganggu akibat tonjolan di dalam hidungnya sehingga tidak leluasa bernafas
(buntu) dan pilek berkepanjangan.
B. Etiologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat hipersensitifitas atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi terhadap kejadian polip hidung belum diketahui dengan pastif tetapi tidak ada keraguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal sering kali ditemuakan bersamaan dengan adanya polip. Adapun faktor penyebab yang dianggap berhubungan dengan Polip Hidung adalah reaksi alergi dan peradangan menahun yang berulang. Beberapa penyakit dan kondisi yang ditengarai berhubungan dengan Polip Hidung, diantaranya: Asma (20-50%), Rhinitis Alergika, Sinusitis Kronis, Intoleransi Aspirin, Intoleransi Alkohol. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang terjadai pada anak-anak. Polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat hipersensitifitas atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi terhadap kejadian polip hidung belum diketahui dengan pastif tetapi tidak ada keraguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal sering kali ditemuakan bersamaan dengan adanya polip. Adapun faktor penyebab yang dianggap berhubungan dengan Polip Hidung adalah reaksi alergi dan peradangan menahun yang berulang. Beberapa penyakit dan kondisi yang ditengarai berhubungan dengan Polip Hidung, diantaranya: Asma (20-50%), Rhinitis Alergika, Sinusitis Kronis, Intoleransi Aspirin, Intoleransi Alkohol. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang terjadai pada anak-anak. Polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.
C. Faktor Predisposisi
faktor
predisposisi terjadinya polip antara lain :
1. Alergi
terutama rinitis alergi.
2. Sinusitis
kronik.
3. Iritasi.
4.Sumbatan
hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.
D. Patofisiologi
Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas cairan interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga hidung dan gaya berat.
Polip dapat timbul dari bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali bilateral. Polip hiung paling sering berasal dari sinus maksila (antrum) dapat keluar melalui ostium sinus maksilla dan masuk ke ronga hidung dan membesar di koana dan nasopharing. Polip ini disebut polip koana.
Secara makroskopik polip tershat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau keabu-abuan. Sedangkan secara mikroskopik tampak submukosa hipertropi dan sembab. Sel tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit dan sel plasma sedangkan letaknya berjauhan dipisahkan oleh cairan interseluler. Pembuluh darah, syaraf dan kelenjar sangat sedikit dalam polip dan dilapisi oleh epitel throrak berlapis semu.
Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas cairan interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga hidung dan gaya berat.
Polip dapat timbul dari bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali bilateral. Polip hiung paling sering berasal dari sinus maksila (antrum) dapat keluar melalui ostium sinus maksilla dan masuk ke ronga hidung dan membesar di koana dan nasopharing. Polip ini disebut polip koana.
Secara makroskopik polip tershat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau keabu-abuan. Sedangkan secara mikroskopik tampak submukosa hipertropi dan sembab. Sel tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit dan sel plasma sedangkan letaknya berjauhan dipisahkan oleh cairan interseluler. Pembuluh darah, syaraf dan kelenjar sangat sedikit dalam polip dan dilapisi oleh epitel throrak berlapis semu.
E. Manifestasi
Klinik :
1. Sumbatan hidung
2. Hiposmia / anosmia
3. Sinusitis, nyeri kepala, rinorhea
4. Alergi; berupa bersin-bersin dan iritasi
1. Sumbatan hidung
2. Hiposmia / anosmia
3. Sinusitis, nyeri kepala, rinorhea
4. Alergi; berupa bersin-bersin dan iritasi
F.
Gejala
Polip Hidung
1.
Hidung mampet. Berat ringannya
hidung buntu bergantung pada letak dan ukuran Polip Hidung.
2.
Suara bindeng. Penciuman menurun.
3.
Pilek berkepanjangan. Hidung meler,
encer hingga kental.
G.
Jenis
Polip Hidung
Polip Hidung terbagi menjadi 2
jenis, yakni:
1.
Polip hidung Tunggal. Jumlah polip
hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan dinding sinus tulang pipi
(maxilla).
2.
Polip Hidung Multiple. Jumlah polip
lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi rongga hidung. Pada umumnya berasal
dari permukaan dinding rongga tulang hidung bagian atas (etmoid).
H. Pencegahan
Anda dapat
membantu mengurangi kemungkinan Anda untuk mengalami polip hidung atau
kambuhnya polip hidung setelah perawatan dengan strategi pencegahan berikut:
1.
Mengatur alergi dan asma. Mengikuti
pengobatan dokter rekomendasi untuk mengelola asma dan alergi. Jika gejala
tidak mudah dan secara teratur di bawah kendali, konsultasi dengan dokter Anda
tentang perubahan rencana pengobatan Anda.
2.
Hindari iritasi. Sebisa mungkin,
hindari hal-hal yang mungkin untuk memberikan kontribusi untuk peradangan atau
iritasi sinus Anda, seperti alergen, polusi udara dan bahan kimia.
3.
Hidup bersih yang baik. Cuci tangan
Anda secara teratur dan menyeluruh. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk
melindungi terhadap infeksi bakteri dan virus yang dapat menyebabkan peradangan
pada hidung dan sinus.
4.
Melembabkan rumah Anda. Gunakan
pelembab ruangan jika Anda memiliki udara kering di rumah Anda. Hal ini dapat
membantu meningkatkan aliran lendir dari sinus Anda dan dapat membantu mencegah
sumbatan dan peradangan.
5.
Gunakan bilasan hidung atau nasal
lavage. Gunakan air garam (saline) spray atau nasal lavage untuk membilas
hidung Anda. Hal ini dapat meningkatkan aliran dan menghilangkan lendir
penyebab alergi dan iritasi. Anda dapat membeli semprotan saline atau lavage
nasal dengan perangkat, seperti sedotan, untuk mngantarkan bilasan. Anda dapat
membuat solusi sendiri dengan mencampurkan 1 / 4 sendok teh (1.2 ml) garam
dengan 2 cangkir (0,5 liter) air hangat. Hindari air garam semprot yang
mengandung zat aditif yang dapat membakar lapisan mukosa hidung Anda.
I.
Pengobatan
Prinsip
pengobatan adalah menghilangkan penyebabnya. Sayangnya, hingga kini penyebab
pasti Polip Hidung belum diketahui. Sehingga pengobatan Polip Hidung ditujukan
untuk meredakan keluhan akibat Polip dan menghilangkan Polip Hidung melalui
tindakan medis operasi.
Pengobatan Non Operatif
Cara ini
dipilih untuk pengobatan Polip Hidung yang masih kecil, untuk meredakan keluhan
dan agar polip tidak membesar secara progresif. Obat yang lazim digunakan,
antara lain:
1.
Anti inflamasi steroid oral.
Diberikan pada awal pengobatan untuk mencegah hidung buntu, sekaligus untuk
menilai respon pengobatan. Apabila memberikan respon yang bagus, pengoabatan
dengan cara ini aman diberikan secara periodik 3-4 kali setahun.
2. Steroid
intranasal. Efektif untuk mengurangi pertumbuhan Polip Hidung dan pasca operasi.
3. Injeksi
Steroid intra Polip. Pengobatan cara ini sangat selektif dan dipilih atas
pertimbangan khusus oleh dokter THT.
4. Leukotriene
inhibitors. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan ini bermanfaat untuk
menghambat pertumbuhan Polip Hidung dan meredakan keluhan, terutama pada Polip
Hidung yang dipicu oleh Rhinitis Alergika.
5. Antibiotika.
Hanya digunakan jika dijumpai infeksi sekunder oleh kuman berdasarkan
pemeriksaan dokter.
Pengobatan
Operatif
Tindakan
operasi dilakukan untuk mengambil Polip Hidung berdasarkan indikasi sesuai
hasil pemeriksaan Dokter THT.
Pasca
operasi dilanjutkan dengan pengobatan untuk meredakan keluhan yang mungkin
masih timbul, dengan menggunakan Steroid semprot intranasal.
Bagi
Penderita Polip Hidung yang sedang menjalani pengobatan Non-Operasi, hendaknya
menyampaikan kepada Dokter THT, obat-obat yang paling nyaman dan memberikan
respon terbaik. Dengan begitu dokter akan memilihkan obat yang paling tepat,
nyaman dan aman atau obat dengan efek samping paling minimal untuk penggunaan
jangka panjang.
miopia
Posted on 6:40 AM by ahmad muzaki 47
| No comments
A. Pengertian
Miopi
1. Miopia
adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang
dibiaskan di depan retina ( bintik kuning ) dimana sistem akomodasi berkurang.
2. Miopia
adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina.
3. Miopia
adalah suatu keadaan dimana panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu
besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.
4. Miopi
adalah keadaan
pada mata dimana cahaya/benda yang jauh letaknya jatuh/difokuskan didepan
retina/selpaut jala/bintik kuning
B. Etiologi
Pertengahan tahun 1900 SM,
para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata ( ahli kacamata ) percaya bahwa
miopia menjadi hereditas utama. Di antara peneliti-peneliti dan para
professional peduli mata, mereka mengatakan bahwa miopia sekarang telah menjadi
sebuah kombinasi genetik dan merupakan salah satu faktor lingkungan.
Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab myopia yaitu:
1.
Hilangnya bentuk mata ( juga diketahui
sebagai hilangnya pola mata ), terjadi ketika kualitas gambar dalam retina
berkurang.
2.
Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika
titik fokus cahaya berada di depan atau di belakang retina
Myopia
Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula,
semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin
besar kemungkinan mengalami miopi. Ini karena organ mata sedang berkembang
dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan.akibatnya para penderita miopi
umumnya merasa bayangan benda yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina
matanya, melainkan didepannya (Curtin, 2002).
C.
Jenis-Jenis Miopi
1. Menurut
bentuk miopi
a. Myopia Axial
terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola
mata (diameter Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal,
refraktif power normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal.
b. Myopia Kurvatura
terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan
dari kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti
yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga
pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.
c. Perubahan Index Refraksi
Perubahan indeks refraksi atau myopia
refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada
penderita Diabetes Melitussehingga pembiasan lebih kuat.
2. Menurut
derajat myopia
a. Miopia
ringan, dimana myopia kecil dari pada 1-3 dioptri
b. Miopia
sedang, dimana myopia lebih diantara 3-6 dioptri
c. Myopia
berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6 dioptri
3. Menurut
perjalanan myopia
a. Myopia
stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa
b. Myopia
progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambahnya
panjangnya bola mata
c. Myopia
maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina
dan kebutaan
d. Myopia
degenertif atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri
disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk
stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan
atrofi karioretina.
D.
Patofisiologi miopi
Terjadinya elongasi sumbu yang
berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui. Sama halnya terhadap
hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi
chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang
penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya,
tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai
penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan
ocular post natal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka
dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa terhadap elongasi berlebihan
pada myopia.
E.
Manifestasi Klinik
Penglihatan kabur atau mata berkedip
ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak jauh ( anak-anak sering
tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat dengan mudah
membaca tulisan dalam sebuah buku.
Penglihatan untuk jauh kabur,
sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga
letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus
melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan
(astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi
strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat myopia pada satu mata jauh
lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang
myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut
strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005).
Pasien dengan myopia akan memberikan
keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang
sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya
untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang
kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih
dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi
yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini
menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta,
2005).
Gejala-gejala myopia juga terdiri dari:
1.
Gejala subjektif :
a.
Kabur bila melihat jauh
b.
Membaca atau melihat benda kecil harus dari
jarak dekat
c.
Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi
yang tidak sesuai dengan akomodasi )
d.
Astenovergens
2. Gejala objektif :
a.
Myopia simpleks :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen myopia ( myopic cresent ) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen myopia ( myopic cresent ) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
b.
Myopia
patologik :
1) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan
myopia simpleks.
2) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa
kelainan-kelainan pada:
3) Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa
pendarahan atau degenarasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda
yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang
dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia.
4) Papil
saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat
lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke
seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid
yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur
5) Makula: Berupa pigmentasi di daerah retina,
kadang-kadang ditemukan pendarahan subretina pada daerah macula.
6) Retina
bagian perifer: Berupa degenersi kista retina bagian perifer Seluruh lapisan
fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan
ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.
(Illyas,2005).
F.
Pencegahan
1. Tidak
membaca dalam keadaan gelap
2. Tidak
menonton TV dalam jarak yang terlalu dekat
3. Jangan
membaca terlalu dekat
G.
Pengobatan
1.
Penatalaksanaan Nonfarmakologi
a. Kacamata, kontak lensa, dan
operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk mengobati gejala-gejala visual
pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan
adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang
berfungsi untuk mengurangi miopia.
b. Latihan pergerakan mata dan
teknik relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan). Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia yang efektif.
Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan). Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia yang efektif.
c. Terapi dengan menggunakan
laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi lasik mata, yang telah
populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam
prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat
miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain
yaitu Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini
menggunakan konsep yang sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata tetapi
menggunakan prosedur yang berbeda. Selain itu ada juga pengobatan yang
dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata.
Orang-orang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan teknik ini.
Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian
sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan
bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti kornea
yang rusak.
(Lee dan Bailery, www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006
2.
Penatalaksanaan
Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia (www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia (www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).
Brunner & Suddarth.
Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC
Chan,WM.2004. Ophthalmology and Visual
Science. The Chinese university of Hongkong.88(10):1315-1319.
www.pubmedcentral.nih.gov/artclender
Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381
Curtin Brian J, Whitemore, Wayne G. The Optics of Myopia, In Duanes Clinical
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guell, JL., Morral, M.,Gris, O. 2007. Implantation for Myopia Ophthalmology (abstract only). - - www.pubmedcentral.nih.gov/articlender
Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381
Curtin Brian J, Whitemore, Wayne G. The Optics of Myopia, In Duanes Clinical
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guell, JL., Morral, M.,Gris, O. 2007. Implantation for Myopia Ophthalmology (abstract only). - - www.pubmedcentral.nih.gov/articlender
Prof.dr.H.Sidarta Ilyas
DSM.2000.ilmu penyakit mata. Jakarta. Fakultas kedokteran universitas Indonesia
Subscribe to:
Posts (Atom)